rss

SURAT-SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
http://www.almanhaj.or.id/content/2197/slash/0

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun, sebagian besar
waktu
Rasulullah dihabiskan di Makkah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur
agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya
bagian demi bagian” [Al-Israa : 106]



Oleh karena itu para ulama rahimahullahu membagi Al-Qur’an menjadi
dua
bagian : Makkiyah dan Madaniyah.

Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamamd Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebelum berhijrah ke Madinah.

Madaniyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu

‘alaihi wa sallam setelah berhijrah ke Madinah.

Dengan dasar ini, maka firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah
Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama
bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
[Al-Ma’idah :
3]

Termasuk ayat Madaniyah walaupun diturunkan kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi
wa sallam pada haji Wada’ di Arafah.

Dalam kitab Shahih Bukhari [1] diriwayatkan dari Umar Radhiyallahu
‘anhu
bahwasanya dia mengatakan : “Kami tahu hari itu dan tempat wahyu
tersebut
turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wahyu tersebut turun

sementara Rasulullah sedang berdiri berkhutbah hari Jum’at di padang
Arafah”.

PERBEDAAN ANTARA AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN AYAT-AYAT MADANIYAH DILIHAT
DARI
KONTEKS KALIMAT DAN KANDUNGAN

[a]. Perbedaan Pada Konteks Kalimat.
1. Kebanyakan ayat-ayat Makiyyah memakai konteks kalimat tegas dan
lugas
karena kebanyakan obyek yang didakwahi menolak dan berpaling, maka
hanya
cocok mempergunakan konteks kalimat yang tegas. Baca surat
Al-Muddatstsir
dan surat Al-Qamar.

Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan mempergunakan konteks kalimat
yang
lunak karena kebanyakan obyek yang didakwahi menerima dan taat. Baca
surat
Al-Maa’idah.

2. Kebanyakan ayat-ayat Makkiyah adalah ayat-ayat pendek dan
argumentatif,
karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari, sehingga konteks
ayatpun
mengikuti kondisi yang berlaku. Baca surat Ath-Thuur.

Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan adalah ayat-ayat pendek,
penjelasan
tentang hukum-hukum dan tidak argumentatif, karena disesuaikan dengan
kondisi obyek yang didakwahi. Baca ayat tentang hutang-piutang dalam
surat
Al-Baqarah.

[b]. Perbedaan Pada Materi Pembahasan
1. Kebanyakan ayat-ayat Makkiyah berisikan penetapan tauhid dan aqidah
yang
benar, khususnya yang berkaitan dengan Tauhid Uluhiyah dan iman kepada
hari
kebangkitan ; karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari hal
itu.

Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan berisikan perincian masalah
ibadah
dan muamalah, karena obyek yang didakwahi sudah memiliki Tauhid dan
aqidah
yang benar sehingga mereka membutuhkan perincian ibadah dan muamalah.

2. Penjelasan secara rinci tentang jihad berserta hukum-hukumnya dan
kaum
munafik beserta segala permasalahannya karena memang kondisinya
menuntut
demikian. Hal itu ketika disyariatkannya jihad dan timbulnya
kemunafikan,
berbeda halnya dengan ayatayat Makkiyah.

MANFAAT MENGETAHUI PEMBAGIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah adalah bagian dari ilmu-ilmu

Al-Qur’an yang sangat penting. Hal itu karena pada pengetahuan
tersebut
memiliki beberapa manfaat, di antaranya.

1. Nampak jelas sastra Al-Qur’an pada puncak keindahannya, yaitu
ketika
setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan obyek yang
didakwahi
; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.

2. Nampak jelas puncak tertinggi dari hikmah pensyariatan diturunkannya

secara berangsur-angsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi
obyek
yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan taat.

3. Pendidikan dan pengajaran bagi para muballigh serta pengarahan
mereka
untuk mengikuti kandungan dan konteks Al-Qur’an dalam berdakwah,
yaitu
dengan mendahulukan yang terpenting di antara yang penting serta
menggunakan
ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing

4. Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat
Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena
ayat
Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan
ayat
Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.

[Disalin dari kitab Ushuulun Fie At-Tafsir edisi Indonesia Belajar
Mudah
Ilmu Tafsir oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit
Pustaka
As-Sunnah, Penerjemah Farid Qurusy]
__________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab ; Ziyaadatul Iman Wa

Nuqshaanuhu (Bertambah dan berkurangnya keimanan), hadits nomor 45,
Muslim,
Kitab At-Tafsir, Bab Fii Tafsiri Aayaatin Mutafarriqah, hadits nomor
3015





0 komentar:


Post a Comment