Keluarga sakinah abi dan umi 2-
“Abi...! kakak ganggu Adi blajar!” teriak Adi dari kamarnya malam itu.
”Ngak Abi! Kaka cuma lihat gambarnya Adi!” Teriak Kaka kemudian.
”Abi...! Kaka ganggu Adi’” ribut, kedua bersaudara itu ribut di kamar mereka.
Abi meninggalkan meja dan komputer kerjanya. Menghampiri kedua anaknya. Umi sempat menahannya, Umi berkata ”Biar Umi saja. Abi terusin saja ya”
Tapi Abi justru menyuruh Umi untuk istirahat, bukan karena tidak suka dibantu oleh Umi, tapi ”Umi sayang, istirahat ya. Abi juga kan harus belajar strategi mendidik anak yang baik. Bentar lagi kan Umi melahirkan anak kita. Kalo Abi tidak belajar dari sekarang, bisa repot kalau anak kita nanti lahir”
Setelah mengecup kening istrinya, Abi bergegas menuju kamar kedua anaknya.
Adi dan Kaka sedang bertengkar ketika Abi masuk kedalam kamar mereka. Bantal, guling dan selimut sudah berantakan. Sang kakak terlihat senang, tapi sang adik terlihat jengkel, dan melemparnya dengan bantal.
”Assalamu’alaikum” salam Abi menarik perhatian mereka berdua
”Wa’alaikum salam” jawab kedua adik kakak itu serempak, meski mereka sedang bertengkar.
Adi langsung menghampiri Abi yang masih berdiri di sudut pintu.
“Abi,Abi Kaka ganggu Adi belajar” Adi merengek dan menarik-narik tangan kanan Abi dengan kedua tangannya yang kecil.
Abi masih diam, berfikir sejenak dan memutuskan.
Abi menggendong Adi. Dan menurunkannya ketika dia mulai membereskan kamar yang berantakan itu. Sedang itu, Adik dan kakak itu melongok diam.
”Ayo siapa yang mau bantu Abi beresin kamar ini ? ”
Adi dan Kaka pun ikut membereskan kamar yang telah mereka berantakan itu hingga rapi kembali. Pertengkaran mereka berhenti tanpa harus membentak salah satu diantara dua bersaudara itu.
”Nah, sekarang kan sudah beres. Siapa sekarang yang mau manggil Umi kesini. Abi punya cerita untuk kita semua. Untuk Abi, untuk Umi, untuk Kaka, untuk Adi dan untuk bayi di perutnya Umi. Adik kalian berdua. Siapa yang mau panggil Umi?”
”Adi, Abi. Adi’ yang manggil umi.” Jawabnya semangat
Beberapa saat kemudian..................
Satu keluarga penuh berkumpul di kamar. Mereka melingkar di atas kasur yang telah rapi. Umi disamping Abi, Abi di samping Kaka . dan Adi disamping Kaka.
Cerita Abi sangat seru, mereka semua mendengarkan kisahnya. Yaitu kisah Rasulullah SAW yang sangat santun ketika menyuapi seorang Yahudi buta tua yang selalu mencaci Rasulullah.
Abi bercerita.....
Yahudi tua itu buta tak ada keluarga. Orang tua itu tidak bisa menguyah makanannya sehingga harus dikunyahkan oleh orang yang menyuapinya. Orang yang selalu menyuapinya itu adalah rasulullah SAW, yang menguyah makanan. Meskipun setiap kali nabi Muhammad mendatangi orang tua itu untuk menyuapinya, orang tua itu selalu menghina Muhammad SAW.
Sampai para sahabat RA pun marah. Tapi nabi Muhammad SAW meredakan amarah para sahabatnya.
Suatu hari, ketika Rasulullh telah meninggal dan diganti oleh Khalifah Rasulullah, Abu Bakar As Shidiq Ra., Abu Bakar ingat Nabi Muhammad SAW selalu menyuapi orang tua itu. Maka Abu Bakar pun melanjutkan yang dahulu dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Tapi orang tua ini tahu, bahwa yang menyuapinya sekarang bukan orang yang dahulu biasa menyuapinya. Orang buta itumengetahuinya dari kelembutan makanan yang dikunyah orang lain itu. Makanan yang dikunyah oleh Abu Bakar tidak selembut Rasulullah mengunyahkan makanan untuknya.
Lantas orang itu bertanya kepada Abu Bakar, kemana orang yang biasa menyuapinya dahulu.
Dengan perasaan terharu Abu bakar menjelaskan pada orang tua itu. Abu Bakar berkata bahwa orang yang biasa menolongnya kini sudah meninggal.
Orang tua lalu bertanya kepada Abu Bakar, siapakah nama orang yang selama ini menolong dia. Sampai saat itu, orang tua itu tidak pernah tahu siapa yang menolongnya. Dia sangat ingin tahu, siapakah orang yang selama ini begitu baik hati, santun, dan sabar menyuapinya. Yakni orang yang selalu mendengarkannya ketika orang tua itu mencaci Muhammad SAW.
Karena pertanyaannya orang tua itu, Abu bakar pun akhirnya menjawab bahwa orang yang selama ini menolongnya adalah orang yang selama itu pula mendengarkan cacian untuk dirinya sendiri, yaitu rasulullah SAW.
Orang tua itu tidak percaya, benarkah orang yang selama ini menolongnya adalah orang yang selama ini dia hina. Orang tua itu menangis dan dia akhirnya sadar telah berbuat salah. Dan kini dia yakin bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Orang tua yahudi itupun masuk islam.
Kaka bertanya pada Abi ketika cerita itu selesai
”Abi, kenapa Nabi Muhammad diam saja ketika orang tua itu menghinanya.?”
Abi menjawab ” Kalau menurut Abi, orang tua itu buta, jadi dia tidak bisa melihat dan mengetahui siapa dan bagaimana Islam itu. Benarkan Umi?”
”Benar Abi” jawab Umi ”Jadi, Rasulullah SAW menolong dan menyuapi orang tua itu agar orang tua tahu, bahwa Islam itu sangat indah. Dan ternyata, setelah orang tua itu mengetahui betapa indahnya Islam, orang tua itu masuk Islam”
”Tapi Umi, masak kalo kita dihina kita harus diam saja sih. Apalagi yang dihina itu Nabi kita? ” Tanya Kaka kemudian.
”Kaka, kalo orang tua itu dilawan, maka itu bisa mendzolimi dia. Orang tua itu kan sudah tua, tidak bisa melihat dan hidup sendirian. Rasulullah itu paling mengasihi ummat manusia. Dia adalah manusia yang paling adil. Itulah bentuk keadilan yang dicontohkannya kepada kita sebagai ummatnya.”
”Rasulullah pernah bersabda ”la tagdhob” ,jangan marah. Kalau kita bisa menahan amarah kita, padahal kita bisa meluapkannya, maka itulah yang terbaik. Selama itu hanya menyangkut diri kita sendiri saja. Tapi apabila itu sudah menyangkut agama kita, kita harus bisa bersabar dan tegas menyikapinya” sambung Abi.
”Abi, Abi. Tapi kok, kenapa FPI itu marah” tanya Adi polos.
Abi tersenyum ”Adi sering nonton berita ya. Anak Abi yang pintar. Kesini Abi gendong”
Abi menggendongnya, mengangkat tubuh kecil itu sejajar hingga persis super hero yang terbang di angkasa. Ssssss...... suaranya ketika super hero itu terbang. Adi terbang mengelilingi kamar itu. Asyik, itulah yang Adi katakan didalam hatinya.
“Super hero terbang. Mengelilingi dunia” Kata-kata Abi ketika menerbangkan tubuh Adi. ”Super hero nya harus istirahat. Sudah malam harus tidur. Ssssss.....”
Abi menaruh tubuh Adi di kasurnya ”Sudah malam, Adi tidur dulu ya. Besok ceritanya kita lanjutkan lagi.” Abi mencium keningnya. Lalu mencium pula kening Kaka. Mereka berdua kini sudah tidur. Lampu kamar telah dimatikan. Pertengkaran kakak beradik itu selesai tanpa ada satupun yang disalahkan. Dan hilanglah kebencian dan dendam didalam diri kakak beradik itu.
Untuk kita renungkan.
Islam itu memang Indah. Tapi Islam juga mengajarkan kekerasan. Bila Islam tidak mengajarkan kekerasan, apa yang harus dilakukan oleh orang Islam ketika diserang. Tentu Islam harus memilih kekerasan.
Memang, sulit hari ini menentukan kapan dan dimana kekerasan itu harus diberlakukan. Sederhana permasalahannya, karena semuanya tidak teratur. Sehingga kekerasan pun sulit untuk ditempatkan pada tempatnya.
Ketika masa FPI yang tergabung dalam LPI marah, dan menyerang masa AKKBB, siapakah yang salah ? apakah kekerasan yang mereka lakukan tidak pada tempatnya?
Ini memang harus dijawab dengan pertanyaan ”apakah kekerasan mereka sudah pada tempatnya?”
Bukan pernyataan bahwa Islam itu tidak mengajarkan kekerasan dan semuanya harus diselesaikan dengan damai. Tidak semua bisa diselesaikan dengan damai, meskipun setiap orang pada dasarnya menginginkan perdamaian dan tidak pernah menginginkan kekerasan atau bahkan peperangan. Tapi memang, kesombongan harus dilawan dengan ”kesombongan”. Sehingga orang yang sombong itu tahu, bahwa kesombongan itu adalah jelek, dan dia takut hingga urunglah niatnya untuk sombong.
Oleh Kikam Zam
Mahasiswa Fisipol 2005 UGM
Read More......